Sabtu, 07 Maret 2015

simulasi pengenalan beberapa unsur interpretasi



 
ACARA I SIMULASI PENGENALAN BEBERAPA UNSUR INTERPRETASI I.

TUJUAN Memperkenalkan beberapa unsur interpretasi melalui simulasi, terutama warna/rona, tekstur,dan pola. II.

ALAT DAN BAHAN 1.

Perlengkapan simulasi 2.

Tabel isian 3.

Alat tulis III.

DASAR TEORI Menurut Lillesand and Keifer (1979) Pengindraan jauh (remote sensing) adalah ilmu dan seni untuk memperoleh informasi tentang suatu objek, daerah, atau fenomena dengan jalan analisis data yang diperoleh melalui alat perekam (sensor) yang menggunakan gelombang elektromagnetik sebagai media  perantaranya tanpa menyentuh objek tersebut.Menurut Campbell ,Penginderaan  jauh adalah ilmu untuk mendapatkan informasi mengenai permukaan bumi seperti lahan dan air dari citra yang diperoleh dari jarak jauh. Berdasarkan kedua definisi diatas,maka dapat disimpulkan bahwa penginderaan jauh adalah ilmu dan seni untuk memperoleh informasi tentang objek,wilayah atau gejala dengan jalan melakukan analisis menggunakan alat tanpa kontak langsung dengan objek yang dikaji. Agar objek bisa diamatidan didekati oleh penafsir,maka diperlukan media. Media ini berupa citra. Citra dapat diperoleh melalui perekaman fotografis yang menghasilkan foto udara, sedangkan perekaman lain menghasilkan citra non foto..citra foto udara selalu berupa gambar cetak yang diproduksi dan direproduksi dari master rekaman berupa film. Untuk dapat melakukan interpretasi,penafsir memerlukan unsur-unsur  pengenal pada objek atau gejala yang terekam pada citra. Unsur unsur ini disebut

 
unsur interpretasi.yang terdiri atas rona/warna,bentuk,ukuran,bayangan,tekstur,pola,situs,asosiasi.
 
unsur interpretasi.yang terdiri atas rona/warna,bentuk,ukuran,bayangan,tekstur,pola,situs,asosiasi.
Rona dan Warna
Rona (tone / color tone / grey tone) adalah tingkat kegelapan atau tingkat kecerahan obyek pada citra. Rona pada foto pankromatik merupakan atribut  bagi obyek yang berinteraksi dengan seluruh spektrum tampak yang sering disebut sinar putih, yaitu spektrum dengan panjang gelombang (0,4
 – 

0,7) μm.
Berkaitan dengan penginderaan jauh, spektrum demikian disebut spektrum lebar, jadi rona merupakan tingkatan dari hitam ke putih atau sebaliknya. Warna merupakan ujud yang tampak oleh mata dengan menggunakan spektrum sempit, lebih sempit dari spektrum tampak. Sebagai contoh, obyek tampak biru, hijau, atau merah bila hanya memantulkan spektrum dengan  panjang gelombang (0,4
 – 
 
0,5) μm, (0,5 – 
 
0,6) μm, atau (0,6 – 

0,7) μm.
Sebaliknya, bila obyek menyerap sinar biru maka ia akan memantulkan warna hijau dan merah. Sebagai akibatnya maka obyek akan tampak dengan warna kuning Rona dan warna disebut unsur dasar. Hal ini menunjukkan betapa pentingnya rona dan warna dalam pengenalan obyek.Tiap obyek tampak pertama pada citra berdasarkan rona atau warnanya. Setelah rona atau warna yang sama dikelompokkan dan diberi garis batas untuk memisahkannya dari rona atau warna yang berlainan, barulah tampak bentuk, tekstur, pola, ukuran dan
bayangannya. Itulah sebabnya maka rona dan warna disebut unsur dasar.
Bentuk 
 Bentuk merupakan variabel kualitatif yang memerikan konfigurasi atau kerangka suatu obyek (Lo, 1976).Bentuk merupakan atribut yang jelas sehingga banyak obyek yang dapat dikenali berdasarkan bentuknya saja. Bentuk, ukuran, dan tekstur pada Gambar 1 dikelompokkan sebagai susunan keruangan rona sekunder dalam segi kerumitannya.Bermula dari rona yang merupakan unsur dasar dan termasuk primer dalam segi kerumitannya.Pengamatan atas rona dapat dilakukan paling mudah.Oleh karena itu bentuk, ukuran, dan tekstur yang langsung dapat dikenali  berdasarkan rona, dikelompokkan sekunder kerumitannya. Contoh pengenalan obyek berdasarkan bentuk - Gedung sekolah pada umumnya berbentuk huruf I, L, U, atau berbentuk empat segi panjang - Gunungapi berbentuk kerucut, sedang bentuk kipas alluvial seperti segi tiga yang alasnya cembung
Ukuran
 Ukuran ialah atribut obyek berupa jarak, luas, tinggi, lereng, dan volume.Karena ukuran obyek pada citra merupakan fungsi skala, maka di dalam memanfaatkan ukuran sebagai unsur interpretasi citra harus selalu diingat skalanya. Contoh pengenalan obyek berdasarka ukuran: - Ukuran rumah sering mencirikan apakah rumah itu rumah mukim, kantor, atau industri. Rumah mukim umumnya lebih kecil bila dibanding dengan kantor atau industri. - Lapangan olah raga di samping dicirikan oleh bentuk segi empat, lebih dicirikan oleh ukurannya, yaitu sekitar 80 m x 100 m bagi lapangan sepak  bola, sekitar 15 m x 30 m bagi lapangan tennis, dan sekitar 8 m x 10 m bagi lapangan bulu tangkis.
Tekstur
 Tekstur adalah frekuensi perubahan rona pada citra (Lillesand dan Kiefer 
1979) atau pengulangan rona kelompok obyek yang terlalu kecil untuk dibedakan secara individual (Estes dan Simonett, 1975).Tekstur sering dinyatakan dengan kasar, halus, dan belang-belang. Contoh pengenalan obyek berdasarkan tekstur: - Hutan bertekstur kasar, belukar bertekstur sedang, semak bertekstur halus. - Tanaman padi bertekstur halus, tanaman tebu bertekstur sedang, dan tanaman pekarangan bertekstur kasar . - Permukaan air yang tenang bertekstur halus.
Pola
 Pola, tinggi, dan bayangan pada Gambar 1 dikelompokkan ke dalam tingkat kerumitan tertier.Tingkat kerumitannya setingkat lebih tinggi dari tingkat kerumitan bentuk, ukuran, dan tekstur sebagai unsur interpretasi citra.Pola atau susunan keruangan merupakan ciri yang menandai bagi banyak obyek  bentukan manusia dan bagi beberapa obyek alamiah. Contoh: - Permukaan transmigrasi dikenali dengan pola yang teratur, yaitu dengan rumah yang ukuran dan jaraknya seragam, masing-masing menghadap ke  jalan. - Kebun karet, kebun kelapa, kebun kopi dan sebagainya mudah dibedakan dari hutan atau vegetasi lainnya dengan polanya yang teratur, yaitu dari pola serta jarak tanamnya.
Bayangan
 Bayangan bersifat menyembunyikan detail atau obyek yang berada di daerah gelap. Obyek atau gejala yang terletak di daerah bayangan pada umumnya tidak tampak sama sekali atau kadang-kadang tampak samar-samar. Meskipun demikian, bayangan sering merupakan kunci pengenalan yang penting bagi  beberapa obyek yang justru lebih tampak dari bayangannya. Contoh: - Cerobong asap, menara, tangki minyak, dan bak air yang dipasang tinggi lebih tampak dari bayangannya

 
- Tembok stadion, gawang sepak bola, dan pagar keliling lapangan tenis pada foto berskala 1: 5.000 juga lebih tampak dari bayangannya. - Lereng terjal tampak lebih jelas dengan adanya bayangan.
Situs
 Bersama-sama dengan asosiasi, situs dikelompokkan ke dalam kerumitan yang lebih tinggi pada Gambar diatas.Situs bukan merupakan ciri obyek secara langsung, melainkan dalam kaitannya dengan lingkungan sekitarnya. Situs ini berupa unit terkecil dalam suatu sistem wilayah morfologi yang dipengaruhi oleh faktor situs, seperti: (1) beda tinggi, (2) kecuraman lereng, (3) keterbukaan terhadap sinar, (4) keterbukaan terhadap angin, dan (5) ketersediaan air permukaan dan air tanah. Lima faktor situs ini mempengaruhi proses geomorfologi maupun proses atau  perujudan lainnya. Contoh: - Tajuk pohon yang berbentuk bintang mencirikan pohon palma. Mungkin  jenis palma tersebut berupa pohon kelapa, kelapa sawit, sagu, nipah, atau jenis  palma lainnya. Bila tumbuhnya bergerombol (pola) dan situsnya di air payau, maka yang tampak pada foto tersebut mungkin sekali nipah. - Situs kebun kopi terletak di tanah miring karena tanaman kopi menghendaki  pengaturan air yang baik. - Situs pemukiman memanjang umumnya pada igir beting pantai, tanggul alam, atau di sepanjang tepi jalan.
Asosiasi
 Asosiasi dapat diartikan sebagai keterkaitan antara obyek yang satu dengan obyek lain. Adanya keterkaitan ini maka terlihatnya suatu obyek pada citra sering merupakan petunjuk bagi adanya obyek lain. Contoh: - Di samping ditandai dengan bentuknya yang berupa empat persegi panjang
 
serta dengan ukurannya sekitar 80 m x 100 m, lapangan sepak bola di tandai dengan adanya gawang yang situsnya pada bagian tengah garis belakangnya. Lapangan sepak bola berasosiasi dengan gawang.Kalau tidak ada gawangnya, lapangan itu bukan lapangan sepak bola.Gawang tampak pada foto udara  berskala 1: 5.000 atau lebih besar. - Stasiun kereta api berasosiasi dengan jalan kereta api yang jumlahnya lebih dari satu (bercabang). - Gedung sekolah di samping ditandai oleh ukuran bangunan yang relatif besar serta bentuknya yang menyerupai I, L, atau U, juga ditandai dengan asosiasinya terhadap lapangan olah raga. Pada umumnya gedung sekolah ditandai IV.

CARA KERJA 5.1

Latihan Pengamatan Rona dan Warna 1.

Memperhatikan dua macam contoh warna (versi 1 dan versi 2). Memperhatikan warna versi 1,terdapat gradasi warna hitam,merah,kuning,hijau dengan gradasi intensitas yang sama yaitu mulai dari 3%,10%,20%,30%,hingga 100%. 2.

Pada warna versi 2, memperhatikan kombinasi warna yang berbeda
dimana setiap kelompok ‘matriks’ warna dibentuk oleh tiga macam
hue
, yaitu intensitas tertentu untuk merah, dengan berbagai gradasi hijau dan biru sehingga menghasilkan warna tertentu. Memperhatikan setiap kombinasi warna yang muncul dan  presentase setiap warna penyusunannya. 3.

Melakukan estimasi (memberikan perkiraan) pada suatu himpunan warna versi 3 tanpa informasi apapun, berapa persen intensitas warna merah, hijau, dan biru yang membentuk warna-warna itu sesuai dengan kombinasi warna pada versi 2. Kemudian menuliskan jawaban pada lembar yang terpisah. 4.

Memperhatikan himpunan warna versi 4,dimana terdapat 6 matriks warna,masing-masing matriks tersusun dari 5x5 kotak dengan kombinasi warna yang berbeda. Tepat pada bagian tengah tiap
matriks terdapat warna kehijauan (kotak warna ke-13). Kemudian, menentukan gradasi warna sesuai dengan contoh warna pada versi 1. 5.

Melakukan hal yang sama pada himpunan warna versi 5, dimana kotak ke-13 pada setiap matriks berwarna kemerahan. 5.2

Latihan Pengamatan Tekstur 1.

Memperhatikan sebutan untuk tiap contoh-contoh tekstur tanpa warna dan dengan warna (tekstur versi 1) beserta kenampakan yang mewakilinya. 2.

Menyebut kenampakan contoh tekstur warna yang belum dinamai (versi 2) yang diberikan oleh asisten. Kemudian, menulis jawaban  pada lembar kertas yang disediakan. 5.3

Latihan Pengamatan Pola 1.

Memperhatikan contoh pola (pola versi 1dan 3,tekstur versi 1), di mana sebagian dari contoh tersebut juga bisa digunakan untuk  pengenalan tekstur (tekstur versi 1 dan 2). Memperhatikan cara  penamaan pola tersebut. 2.

Latihan Pendefinisian rona/warna,tekstur dan pola sekaligus 3.

Memberikan deskripsi untuk masing-masing potongan foto udara/cita mulai dari foto A sampai foto M yang meliputi warna/rona,tekstur dan pola sekaligus sehingga setiap deskripsi tersebut jelas dalam mewakili kenampakan obyek. V.

HASIL PRAKTIKUM 1.

Tabel gradasi warna versi 3 : estimasi persentase  NO. % Merah %Hijau %Biru 1. 2. 3.
https://html2-f.scribdassets.com/2qi5cbob0g321sb5/images/8-bfed27d3df.jpg
 
4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 2.

Tabel versi 4 : estimasi persentase dengan latar belakang Gambar 1.4  No. Gambar Gradasi (%) 1. A 2. B 3. C 4. D 5. E 6. F 3.

Tabel versi 5 : estimasi persentase dengan latar belakang Gambar 1.5  No. Gambar Gradasi (%) 1. A 2. B 3. C 4. D 5. E
https://html1-f.scribdassets.com/2qi5cbob0g321sb5/images/9-708f9d078d.jpg
 
6. F 4.

Tabel versi 2 : contoh-contoh tekstur dan latihan pendefinisiannya  No. Gambar Tekstur 1. 1 2. 2 3. 3 4. 4 5. 5 6. 6 7. 7 8. 8 9. 9 10. 10 11. 11 12. 12 5.

Tabel pola versi 2 : contoh pola dan pendefinisiannya  No. Gambar Pola 1. 1 2. 2 3. 3 4. 4 5. 5 6. 6 7. 7 8. 8 9. 9
https://html1-f.scribdassets.com/2qi5cbob0g321sb5/images/10-3eb874c0fa.jpghttps://html1-f.scribdassets.com/2qi5cbob0g321sb5/images/10-3eb874c0fa.jpg
 
6.

Tabel pola versi 4: contoh pola dan pendefinisiannya  No. Gambar Pola 1. 10 2. 11 3. 12 4. 13 5. 14 6. 15 7. Tabel latihan pendefinisian rona/warna, tekstur dan pola sekaligus  No. Objek Rona/Warna Tekstur Pola 1. Foto A 2. Foto B 3. Foto C 4. Foto D 5. Foto E 6. Foto F 7. Foto G 8. Foto H 9. Foto I 10. Foto J 11. Foto K 12. Foto L 13. Foto M \
https://html2-f.scribdassets.com/2qi5cbob0g321sb5/images/11-13964affe8.jpghttps://html2-f.scribdassets.com/2qi5cbob0g321sb5/images/11-13964affe8.jpg
DAFTAR PUSTAKA
Lillesand, Thomas M. dan Ralph W. Kiefer. 1999.
Penginderaan Jauh dan Interpretasi Citra
. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press. Sutanto. 1999.
Penginderaan Jauh
. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press.

perhitungan curah hujan wilayah



ACARA 1

PERHITUNGAN CURAH HUJAN WILAYAH


I.     Landasan Teori
Jumlah curah hujan merupakan tebal air hujan yang jatuh di permukaan bumi dan dinyatakan dalam satuan mm atau cm. Curah hujan yang jatuh di permukaan bumi ini tidak selalu merata, tetapi kadang-kadang sangat deras, deras, normal, lemah, dan sangat lemah. Tingkat kederasan curah hujan ini disebut derajat hujan. Masing-masing derajat hujan akan menimbulkan afek pada tanah yang bermacam-macam.
Tebal curah hujan dapat diukur dengan alat penakar hujan yang disebut raingauge. Alat penakar curah hujan ini ada yang otomatik dan non-otomatik. Pada praktikum ini digunakan alat ukur curah hujan non-otomatik. Prinsip kerja alat penakar curah hujan ini adalah menampung air hujan yang jatuh kedalam alat ukur yang memiliki diameter tertentu dan selanjutnya diukur ketebalannnya.
    Curah hujan yang jatuh di suatu wilayah jarang sekali  merata. Apalagi pada suatu wilayah yang luas dan bergunung-gunung, maka  hujan merata hampir tidak pernah terjadi, sehingga pengukuran curah hujan wilayah ini dengan menggunakan satu stasiun pengamatan tidak sesuai, karena tidak dapat mewakili curah hujan seluruh wilayah tersebut. Adapun faktor-faktor yang berpengaruh terhadap distribusi curah hujan wilayah adalah letak lintang, ketinggian tempat, posisi dan luas wilayah, topografi, jarak dari pantai, asal angin, arah angin, dan temperatur laut.
    Sehubungan dengan itu, untuk menentukan besarnya curah hujan wilayah harus diperhitungkan dari beberapa titik pengamatan curah hujan. Prinsip dari perhitungan ini adalah menghitung rata-rata dari data hasil pengukuran beberapa  titik pengamatan tersebut. Ada tiga cara untuk menghitung rata-rata curah hujan wilayah yaitu Rata-rata Aljabar, Polygon Thiessen, dan Isohyet. Adapun rumus perhitungannya adalah:

a. Rata-rata Aljabar
P = 1/n (P1 + P2 + ... + Pn)
       

        
             Keterangan :
                                     P = rata-rata curah hujan wilayah (mm)
                        P1,2,...,n  = curah hujan pada stasiun 1, 2, ..., n (mm)
                                     n = jumlah stasiun pengukuran

b. Rata-rata Polygon Thiessen

        A1P1 +A2P2 + ... + AnPn
P =  ----------------------------------
                 A1 + A2 + ... + An
                                      


             
             Keterangan :
                                     P = rata-rata curah hujan wilayah (mm)
                     P1, 2, ..., n  = curah hujan pada stasiun 1, 2, ... , n (mm)
                    A1, 2, ..., n  =  luas wilayah pengaruh setiap stasiun curah hujan (km2)

 c. Rata-rata Isohiet

       A1((P1+P2)/2) + A2((P2+P3)/2) + ... + An((Pn-1+Pn)/2)
P =  --------------------------------------------------------------------
                                        A1 + A2 + ... + An
                                                  
                                            


                
                    Keterangan :   
                                    P = rata-rata curah hujan wilayah (mm)
                     P1, 2, ... , n = curah hujan pada garis isohiet 1, 2, ... , n (mm)
                    A1, 2, ... , n = luas wilayah pengaruh antara 2 garis kontur (km2)

2. Tujuan
             Tujuan praktikum pengukuran curah hujan ini adalah:
a)      Mengetahui tebal hujan sesaat di beberapa tempat di kampus UM.
b)      Menganalisis perbedaan intensitas hujan di beberapa tempat di kampus UM.
c)      Menghitung rata-rata curah hujan di kampus UM.
d)     Menghitung volume air hujan yang jatuh di kampus UM pada saat tertentu.

3. Alat dan Bahan
     Alat dan bahan yang digunakan dalam pengurukan curah hujan terdiri dari:
     - manual raingauge
     - tiang penyangga raingauge
     - arloji
     - alat tulis (buku catatan dan pensil/bolpoint)
     - Peta wilayah
     - Penggaris
     - Kertas grafik
     - Kalkulator

4. Cara Kerja
     Beberapa prosedur kerja dalam pengukuran curah hujan adalah sebagai berikut:
(1) Ikuti ketentuan pemasangan alat penakar hujan yaitu:
Ø  Tempat pengukuran hujan harus terhindar dari angin kencang
Ø  Alat penakar hujan   harus  berjarak minimal 1 kali tinggi rintangan seperti  pohon, bangunan dan sebagainya.
Ø  Ketinggian alat (corong) antara 1-1,5 meter guna menghindari adanya pengaruh angin
Ø  Yakinkan bahwa alat telah aman dari gangguan orang dan binatang.
Ø  Posisi alat tidak jauh dari tenaga pengamat
Ø  Secara teknis peralatan dapat dipertanggungjawabkan
(2)  Pasanglah alat penakar hujan sebelum terjadi hujan.
(3)  Ukurlah curah hujan sesaat di beberapa tempat/stasiun yang ditetapkan dalam peta dengan menggunakan alat penakar hujan non-otomatik.   
(4)  Untuk memperoleh data curah hujan pada suatu peristiwa hujan, amati/catat arloji atau nyalakan stopwatch ketika hujan mulai jatuh dan matikan setelah hujan berhenti. Selanjutnya catat lamanya terjadi hujan dan ukur ketebalan hujan dengan gelas ukur dan selanjutnya dicatat.
(5) Masukkan data hasil pengukuran curah hujan setiap stasiun kedalam peta wilayah yang tersedia.
(6)  Hitunglah rata-rata curah hujan wilayah dengan menggunakan tiga cara tersebut, dengan mengikuti petunjuk berikut:
 1) Untuk menghitung rata-rata aljabar seperti  rumus di atas, anda tinggal menjumlahkan semua curah hujan yang diukur dibagi dengan jumlah stasiun pengukuran.
 2) Untuk  menghitung rata-rata dengan Polygon Thiessen, prosedurnya adalah:
Ø  Tarik garis hubung antar stasiun terdekat selanjutnya tarik garis bagi
Ø  Garis bagi merupakan batas wilayah pengaruh hujan setiap stasiun
Ø  Hitunglah luas wilayah pengaruh setiap stasiun dengan sistem grid
Ø  Hitung rata-rata curah hujan wilayah dengan mennggunakan rumus di atas
 3) Untuk menghitung rata-rata dengan Isohiet, prosedurnya adalah:
Ø  Setelah data hujan dimasukkan dalam peta, buatlah garis isohietnya
Ø  Garis isohiet menghubungkan titik-titik yang memiliki curah hujan sama
Ø  Hitunglah luas setiap wilayah yang terletak antara 2 garis isohiet
Ø  Hitung rata-rata curah hujan wilayah dengan menggunakan rumus di atas
(7) Jawablah pertanyaan-pertanyaan dibawah ini.
           
5. Hasil Pengukuran dan Perhitungan
a.  Hasil pengukuran dimasukkan kedalam lembar pengamatan berikut ini:
Ø   Nama/Kel Pengamat                        :
Ø   N I M                                               :
Ø   Lokasi Pengamatan                          : Taman Perpustakaan UM Pusat
Ø   Tanggal Pengamatan                        : 30 Januari 2015
Ø  Lama hujan                                       : setengah jam (30 menit) 
Ø  Tebal hujan                                        : mm

b. Hitunglah intensitas hujan di setiap titik pengamatan !
Tergolong dalam kategori hujan apa?
Analisislah mengapa intensitas hujan di lingkungan kampus UM berbeda!
c. Perhitungan Curah Hujan Wilayah
1)      Rata-rata curah hujan wilayah dengan cara aljabar .............. mm
2)      Rata-rata curah hujan wilayah dengan cara Polygon Thiessen .............. mm
3)      Rata-rata curah hujan wilayah dengan cara Isohiet ............... mm
Dari data hasil perhitungan tersebut, bandingkan nilai yang diperoleh dari ketiga   cara! 
Mengapa  perhitungan yang diperoleh dari tiga cara hasilnya berbeda ?
d. Hitunglah total volume air hujan yang jatuh di kampus UM saat itu!!